(Foto: Kabar/ Furqon) |
SEMARANG,
KABARFREKUENSI.COM – Jumat Pagi (23/12), Para calon ketua Dewan
Mahasiswa Fakultas (DEMA-F) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Fakultas Sains
dan Teknologi (FST) UIN Walisongo melaksanakan debat kandidat. Acara tersebut
merupakan rangkaian dari Pemilihan Umum Mahasiswa (Pemilwa) 2016 yang diadakan
oleh Komisi Pemilihan Mahasiwa (KPM).
Acara dimulai dengan
pembacaan Visi dan Misi para calon, kemudian tanggapan dan pertanyaan dari
panelis. Debat Kandidat menghadirkan panelis Oftiana Irayanti Wardani, Presiden
BEM Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) periode 2013-2014; dan M.
Fatikhul Alam Bima Sakti, Presiden BEM-FST periode 2015-2016. Acara debat
kandidat tersebut diakhiri dengan closing
statement dari masing-masing calon.
Pandangan
Panelis
Tidak jauh berbeda dengan
tahun sebelumnya, debat kandidat kali ini pun nampak sepi peminat, dari sekian
banyak mahasiswa FST hanya sekitar 50 -70 mahasiswa yang turut hadir meramaikan
acara tersebut. Selebihnya tidak peduli, atau bahkan tidak tahu dengan adanya
rangkaian acara Pemilwa tersebut. Terlihat beberapa mahasiswa yang lewat tanpa
mampir mengikuti acara debat kandidat.
Oftiana, menanggapi bahwa
animo mahasiswa untuk berpolitik semakin sedikit. Hal ini dikarenakan budaya
mahasiswa FST berbeda dengan fakultas lain. Menurut Ofti, mahasiswa FST lebih
cenderung disibukkan dengan kegiatan di
laboratorium dan membuat laporan. Tugas akademik yang menyita waktu juga
menjadi salah satu penyebab sepinya acara semacam ini. “Animo yang seperti ini
harus menjadi keprihatinan. Tidak ada yang duduk bersama di sini,” ungkap Ofti.
Senada dengan Ofti, Bima
Sakti berpendapat, kurangnya antusias mahasiswa dikarenakan sosialisasi yang
mendadak atau kurang masif, dan tempat
yang kurang strategis. Selain itu, acara tersebut juga berbenturan dengan
masa-masa UAS. Ia merasa bahwa apatisme mahasiswa terhadap dinamika kampus masih
menjadi problematika di UIN Walisongo. “Hasrat berorganisasi mahasiswa semakin
tahun semakin surut,” jelasnya.
Bima menambahkan, dalam
proses pembelajaran politik fakultas eksakta dan humaniora sangat berbeda. “Eksakta
berangkat dari sains, namun humaniora berangkat dari segi sosial yang secara
ilmu pengetahuan juga dekat dengan ilmu politik,” tandas Bima.
Tugas
Bersama
Oftiana berharap, para calon
ketua di lembaga eksekutif kampus bisa memahamkan kepada mahasiswa untuk ikut
berpartisipasi dalam pesta demokrasi yang ada di kampus. Karena sebenarnya, Pemilwa
merupakan wadah belajar demokrasi, dan bekal bagi mahasiwa untuk membaur di
masyarakat nantinya. Tugas mahasiswa selain belajar, juga harus peka terhadap
realitas sosial. Seperti acara Pemilwa yang berlangsung saat ini, mahasiswa
harus berperan aktif. “Hal semacam Ini merupakan PR kita bersama, yang harus
digaris bawahi bagi para calon ketua lembaga eksekutif kampus,” Pungkas
mahasiswa alumni Jurusan Pendidikan Kimia ini. (Kabar/ Furqon)
Lebih Dekat