Semarang,
KABARFREKUENSI.com – Ratusan mahasiswa dari
berbagai universitas memadati Gedung A Kampus III UIN Walisongo Semarang, Jum’at
(14/4). Mereka antusias mengikuti diskusi buku “Islam Tuhan, Islam Manusia” yang
disampaikan oleh Dr. Haidar Bagir, selaku pembicara utama sekaligus pengarang
buku tersebut serta Muhyar Fanani--Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP), selaku pembicara kedua.
Kegiatan yang berkerja sama dengan
Rahim Bangsa dan Mizan ini, mengusung tema “Agama dan Spiritualitas di Zaman Kacau”.
Hal ini dilatarbelakangi oleh maraknya paham-paham Islam radikal yang berniat
mengganti sistem pemerintahan republik Indonesia dengan sistem khilafah.
“Parahnya, mereka menyampaikan pendapat kepada pemerintah dan masyarakat dengan
berbagai cara yang salah seperti demonstrasi yang diiringi kekerasan, tidak mau
menyolatkan jenazah sesama muslim yang beda pendapat, dan sebagainya” tutur
Dekan FISIP dalam sambutannya.
Padahal Haidar Bagir berkata
jika, Islam turun ke muka bumi dengan cara cinta – yaitu Islam yang mengajarkan
untuk saling mencintai sesama makhluk Tuhan. “Bahkan semua agama baik agama
samawi (agama Tuhan) maupun selainnya, selalu menyerukan manusia untuk berbuat
baik sesama makhluk dan mencintainya” tegas Alumni Harvard University.
Menurut Haidar Bagir, penyebab
maraknya Islam radikal ialah kurangnya pemahaman mereka mengenai hakikat Islam
yang sesungguhnya. Mereka—penganut aliran Islam radikal-- menganggap bahwa Islam
yang mereka terima ialah Islam yang murni dari Tuhan. Padahal, Islam yang
sampai kepada manusia merupakan tafsiran manusia atas Islam mutlak Tuhan. “Hal
ini dianalogikan dengan cahaya putih matahari yang memancar melewati prisma
kaca sehingga menimbulkan berbagai warna seperti mejikuhibiniu, dan Islam yang
sampai pada tiap manusia layaknya pecahan warna tersebut” tegas Haidar.
Terbatasnya akal manusia
menyebabkan munculnya berbagai aliran Islam. Namun, bukan berarti—perbedaan
yang tercipta merupakan suatu nilai negatif. Akan tetapi, dengan mempelajari
berbagai aliran Islam—akan mengantarkan pemahaman manusia terhadap hakikat Islam
yang sebenarnya. “Islam yang mencintai sesama makhluk Tuhan (Islam Cinta) perlu
ditanamkan agar tercipta kehidupan yang tentram dan damai” pungkas Haidar. (Kabar/ Miskat)
Lebih Dekat