(Foto/ Furqon) |
Semarang, KABARFREKUENSI.COM – Pemberian kartu parkir sebagai
kebijakan peningkatan keamanan kampus di UIN Walisongo, akhir-akhir ini sudah
tidak berlaku lagi. Menurut Zaenal, salah satu anggota keamanan, banyak oknum-oknum
yang menyelewengkan kebijakan tersebut.
“Kartu-kartu parkir tidak dikembalikan dan habis.
Banyak kartu yang tidak dikembalikan ketika keluar gerbang kampus. Mereka
beralasan jika tidak diberi kartu saat masuk kampus,” ujar Zaenal, (18/12).
Mahin Arnanto selaku
Katua sub bagian Rumah Tangga pun menyayangkan hal tersebut. Menurut Mahin,
kartu yang telah dibuat telah mencapai 10.000 kartu dan tersebar di kampus satu
sampai tiga. Namun, hingga saat ini jumlah kartu yang ada semakin berkurang.
“Ini bahaya jika
disebarkan lagi,” tegas Mahin.
Penggelapan Kartu
Praktiknya,
oknum-oknum tersebut mengaku tidak mendapat kartu parkir saat dilakukan
pengecekan oleh satpam. Mereka pun keluar kampus dengan menunjukkan STNK. Fenomena
ini kerap terjadi tiap harinya dengan berbagai motif, sehingga banyak kartu
yang terus berkurang.
"Sebenarnya
tidak ada niatan untuk mengoleksi. Buat jaga-jaga saja kalau lupa bawa STNK,
tapi ternyata jadi kebiasaan membawa pulang kartu parkir dan tidak dikembalikan
lagi,” aku salah satu mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika.
Mahasiswa
tersebut mengaku jika menyimpan lima kartu parkir. Namun sekarang tersisa satu, dikarenakan
sudah diberikan kepada teman-temannya yang tidak mendapatkan kartu parkir dan
tidak membawa STNK.
Pro-Kontra
Sistem kartu parkir telah menuai
banyak respon warga kampus. Tertibnya akses kendaraan mahasiswa menjadi salah
satu keunggulan dari sistem ini. Pemantauan kendaraan menjadi lebih maksimal
dikarenakan petugas dapat mengetahui siapa saja yang keluar-masuk kampus.
“Sangat baik sekali ketika mengatasi
jalannya aktivitas dengan singkat dan biaya yang murah. Akhirnya semua
kendaraan bisa kita deteksi saat masuk dan keluar,” tutur
Mahin.
Di sisi lain, terdapat pula kelompok
yang menilai jika sistem tersebut kurang efektif dari segi keamanan.
“Saya masih merasa was-was
dengan sitem kartu parkir ini karena bisa jadi pencuri kerja sama dengan
mahasiswa untuk mendapatkan kartu parkir,” ujar salah satu mahasiswa Pendidikan
Matematika.
Menurut Mahin, ketidakdisiplinan
petugas serta kurangnya kesadaran warga kampus, juga mempengaruhi kelancaran sistem ini. Akibatnya, banyak
oknum mahasiswa yang memanfaatkan kelemahan sistem ini untuk tidak
mengembalikan kartu.
Akhirnya, kebijakan
sistem keamanan kampus pun kembali ke sistem sebelumnya - sebelum kartu parkir - .
Yakni, dengan patroli keliling kampus dan mengawasi setiap
kendaraan yang keluar dari area kampus. Jika terdapat kendaraan yang dicurigai, akan dicek surat-suratnya.
Solusi
“Saya selalu mengingatkan
petugas agar berkala meningkatkan keefektifan keamanan kampus. Harapan saya
petugas semakin disiplin dengan jaminan keamanan bagi kita” ujar Mahin.
Pada Januari 2018, pihaknya
akan menerapkan gate barrier sebagai sistem kebijakan baru. Tekniknya,
mahasiswa harus punya kartu untuk membukanya, jika tidak maka tidak bisa masuk.
“Rencana ini masih dalam
proses dan sudah mencapai kesiapan
sebesar 70%, “
tambah kasubag Rumah
Tangga itu.
Sistem ini diharapkan dapat menekan
angka kejahatan kendaraan dan keamanan
kampus. Petugas harus tahu di pos mana yang perlu menjadi pusat perhatian.
“Pun tidak hanya motor saja, keamanan yang ada di kantor yang
betul-betul vital juga perlu pengawasan,” pungkas Mahin. (Kabar/ Afifah, Puja)*
*) Crew Magang LPM Frekuensi
Prodi Pendidikan Matematika
Angkatan 2017
Lebih Dekat