Ilustrasi Google.com Oleh: Nova Mardiyanti* |
Aku pernah bertemu sekali
dengan sang pengambil nyawa. Aku tidak ingat pasti, tapi disana ruangan itu
kosong dan gelap. Tapi saat itu, aku dapat melihat sang pencabut nyawa dengan
jelas. Ketika itu, aku mengeluhkan semua yang ingin aku utarakan selama ini.
Hal yang tidak mungkin bisa aku ceritakan kepada manusia pada umumnya, karena
pasti mereka akan menganggapku gila. Tentang hal yang menusuk batinku dan
selalu membuatku menangis ketika aku bangun.
Aku, dapat melihat
kematian seseorang. Semua itu terlihat jelas dalam mimpiku. Aku tidak mau
menganggapnya suatu anugrah, bahkan bagiku itu adalah kutukan. Jiwamu pasti
terguncang apabila setiap tidur, mimpi yang datang padamu bukan tentang mimpi
abstrak atau memimpikan dirimu berjalan di taman dengan orang yang kau suka.
Melainkan mimpi mengenai orang yang bahkan tidak kau kenal sedang sekarat.
Mereka memohon tolong padamu untuk segera menyelamatkan nyawa mereka dengan
suara lirih, dengan darah yang mengalir keluar dari ubun ubunnya atau isi perut
yang keluar. Dan ketika kau mendengar suara mereka, saat kau mencoba meraih
tangannya, hal terakhir yang kau sadari adalah itu semua hanya mimpi.
Aku tidak pernah sarapan
ketika pagi, karena sungguh mual ketika mengunyah makanan tapi pikiranmu masih terbayang akan mimpi serammu.Tapi akhir akhir
ini, mimpi itu semakin menggila. Karena
mereka tidak hanya terkesan nyata dalam mimpiku. Tapi sekarang, mimpi mimpiku
benar terjadi. Dua bulan lalu, Aku menjual televisiku. Semua berita itu, yang
dibilang oleh pembawa acara itu, aku terlebih dahulu memimpikannya.
Dan ketika sang pencabut
nyawa bertatap muka denganku, ia memberiku penawaran. Penawaran yang akan
membuat hidupku normal tapi tentu saja, dibayar dengan bayaran yang mahal.
***
14 Mei 2014
Ditengah cahaya rembulan
yang tertutup awan kelabu, aku terduduk di kursi peron stasiun sambil melipat
tanganku. Kadang kadang, aku melirik cemas pada jam yang melingkar di
pergelangan tanganku. Sudah dua hari lamanya aku selalu disini tiap malam,
menunggu kereta datang. Kalau hingga subuh kereta yang ku tunggu itu tidak
datang, mungkin kereta yang ku tunggu akan datang lain hari, mungkin besok,
atau lusa. Yang artinya, aku akan terus menunggu tiap malam disini.
Tapi untuk malam ini,
mungkin penantianku akan berakhir, Dari kejauhan terlihat badan kereta yang
melaju kencang menuju peron. Aku sangat bahagia, terlebih ketika cahaya kereta
memancar menyilaukan segala yang ada didepannya. Batu kerikil disekitar rel pun
ikut bergetar, tanda kereta akan segera sampai. Aku melihat kearah kiri dimana seorang pemuda berlari
menuju tengah rel kereta. Seperti dugaanku, kereta akan tiba malam hari ini,
dan seperti mimpiku, seorang pemuda akan melemparkan dirinya ketengah rel
kereta
***
Sebuah lampu pijar
membangunkan seorang pria yang sudah pingsan selama dua hari. Pria itu
tersentak ketika seorang wanita menatapnya serius.
“Apa
aku sudah mati??” tanyanya polos
Naomi mengepalkan
tangannya dan memukul tengkuk pria itu dengan keras,
“Aduh,
SAKIT!”
“Kalau
kau bisa merasakan sakit, berarti kau belum mati”
Pria itu terdiam, ia
menatap sekelilingnya dengan mata sayu, dan kemudian raut sedih muncul dari
wajahnya
“Harusnya,
kau tidak usah menolongku. Biarkan saja aku mati, aku tidak diselamatkan”
Perkataan pria itu
sungguh membuat Naomi jengkel, bagaimana tidak? Ia masih teringat di mimpinya
ketika banyak orang baik itu terpaksa harus menerima takdir yang yang
sebenarnya ingin mereka tolak, meninggalkan semua orang yang mencintainya dan
harapan yang tak mungkin dibawa lari bersama. Tetapi, pria itu malah
menyianyiakan hidupnya dengan penuh putus asa.
“Jangan
putus asa seperti itu”
“Sejak
awal aku memang sudah putus asa,”
Obrolan itu berlanjut
hingga larut, Ditengah sinar lampu pijar yang menghangatkan, Pria itu
menumpahkan segala beban dalam pikirannya hingga membuatnnya depresi sekian
lama. Hal yang tergambar pada Naomi tentang pria itu adalah bahwa dia seperti
ini, karena mungkin ia terlalu lama memendam masalahnya sendiri, terlalu
gengsi. Mungkin
***
Esoknya, ketika bulan
belum berganti mentari, Naomi mengajak pria itu menaiki kereta dengan tujuan ke
tempat dimana bahkan ia belum pernah ke sana sebelumnya. Dari balik jendela
kaca kereta yang berembun, terlihat pemandangan kental pedesaan yang hangat.
Dimana anak anak berrambut agak coklat terpanggang matahari dengan polosnya
mencoba beradu cepat dengan kereta yang mereka tumpangi.
Mereka turun di stasiun
kecil lagi sepi, dan pria itu tak membantah untuk selalu mengekor Naomi dari
belakang. Mereka menuju jalan setapak yang mengarah ke perkampungan kumuh.
Langkahnnya terhenti di depan sebuah rumah kecil berdinding kayu.
Naomi berbalik dan
menatap pria itu sebentar, ia membuka tas pinggangnya dan memberikan roti isi
kepada pria itu dan ia menerimanya dengan sedikit ragu
Dari balik pintu, seorang
gadis berusia belia muncul membukakan pintu. Matanya berbinar mengetahui siapa
yang datang
“Kak
Rio”
kata gadis itu lantang
Ia memeluk pria itu
dengan erat dan menenggelamkan wajahnya ke dada pria itu, dan membuat pria itu
menangis
“Terima
kasih..” kata pria itu lirih masih sambil
memeluk adiknya
“Ketika
kita pertama kali bertemu, kau tidak membawa apa apa, tapi disakumu kau masih
menyimpan fotomu dengan adikmu. Itu menunjukkan bahwa adikmu, keluargamu sangat
berhaga bagimu”
***
Gerimis
pagi hari melarang cahaya matahari menembus tiap sudut ruangan, menyebabkan
dinding dinding bercat magenta itu lebih lembab dan dingin daripada biasanya.
Sedangkan Aku meringkuk sambil menyelimutiku diriku sendiri. Aku tetap terjaga,
sambil mengingat mimpi-mimpiku malam tadi. Aku memukul mukul dadaku dan mulai
menangis terisak, menangisi semua yang terjadi padaku. Aku sama sekali tidak
bahagia, aku ingin marah kepada Tuhan, tapi siapa aku? Hingga akhirnya dia
datang. Dia yang memberiku penawaran untuk bisa melepas penderitaanku selama
ini
“Kalau
kau membantu mereka yang putus asa dalam mencari kebahagiaan maka dengan
kebahagiaan mereka, kau juga akan menemukan kebahagiaanmu sendiri, dan semua
penderitaanmu akan segera berlalu”
***
*) Crew Magang LPM Frekuensi
Prodi Pendidikan Biologi
Angkatan 2017
Lebih Dekat