Sutradara : Guntur Soeharjanto
Produser :
Chand Parwez servia & Fiaz Servia
Penulis :
Asma Nadia & Alim Sudio
Tahun
Terbit : 2016
Durasi :
109 menit
Peresensi :
Evi Kholisoh
Di
era modern ini banyak wanita yang memilih calon pendamping hidup yang tampan
dan kaya daripada berakhlakul karimah. Pendamping hidup semacam ini (tampan dan
kaya) dianggap calon suami idaman yang dapat membawa kebahagiaan. Padahal
sebenarnya tolak ukur sebuah kebahagiaan bukanlah harta yang kita punya
melainkan sebuah kehidupan sederhana yang dilandasi kepercayaan dan ketulusan.
Suami adalah imam bagi wanita. Sudah
sepatutnya imam yang saleh akan menuntun makmumnya menuju surga. Sosok calon imam yang sabar, tekun, dan
sederhana
jarang ditemukan di era modern ini. Lewat film berjudul
“Cinta Laki-Laki Biasa” ini Asma Nadia mencoba menampilkan sosok calon suami
idaman yang akan membawa kebahagiaan.
Film berdurasi 109 menit ini dibintangi
Deva Mahendra sebagai Rafli, Velove Vexia sebagai Nania, Nino Fernandez sebagai
Tyo, Dhini Aminarti sebagai Lulu (sahabat Nania), Ira Wibowo sebagai ibunda
Nania, serta Cok Simbara sebagai Ayah Nania.
Diangkat dari sebuah cerpen karya Asma Nadia yang berjudul sama, “Cinta Laki-Laki
Biasa” menceritakan kisah cinta antara Rafli dan Nania. Rafli adalah sosok
lelaki yang bijaksana, pekerja keras, dan taat beribadah. Sedangkan Nania
adalah gadis kaya yang memiliki sifat sederhana dan mandiri.
Mereka pertama kali bertemu
pada saat
Nania praktik
kerja lapangan
di perusahaan pengembang perumahan yang dipimpin Rafli. Ditempat ini, Nania tidak hanya mendapatkan bimbingan
mengenali ilmu membangun rumah, tetapi juga tentang hidup secara sederhana dan bahagia.
Rasa
simpati tumbuh diantara mereka, Nania
pun bertambah dekat dengan Rafli. Tidak mau berlama-lama, Rafli pun
memberanikan diri melamar Nania. Bagai gayung yang disambut, lamaran Rafli
ternyata diterima. Padahal secara status sosial, Nania berasal dari keluarga
terpandang, sedangkan
Rafli hanyalah laki-laki sederhana .
Melihat
keputusan anak
bungsunya itu, dan mengingat
jauhnya
perbedaan status sosial antara Rafli, Ibu
Nania menentang keras.
Apalagi
Ibu Nania sudah berencana menjodohkan anaknya itu dengan Tyo Handoko, seorang
dokter yang memiliki jaminan masa depan yang sukses. Berbagai usaha ibu Nania
dilancarkan untuk membatalkan niat Nania, tapi Nania tidak goyah, Ia percaya
bahwa hanya dengan Rafli, hidupnya akan bahagia.
Setelah
beberapa tahun berlalu, keputusan Nania untuk menerima Rafli ternyata tidak
salah. Kehidupan Nania dan Rafli sangatlah bahagia dibandingkan kehidupan
kakak-kakaknya yang lain. Di suatu hari saat Nania hendak menemui kakaknya yang
ingin bunuh diri, mobil Nania mengalami kecelakaan dan mengakibatkan dirinya
lumpuh dan amnesia. Alhasil Nania tidak bisa mengingat semua masa lalunya.
Melihat keadaan istrinya seperti ini membuat Rafli sangat terpukul. Namun, Ia
tetap teguh dan sabar merawat dan menjaga istrinya tanpa bantuan dari orang lain.
Asma
Nadia kembali menghadirkan film dengan alur dan pola yang sama dengan karya
sebelumnya, sebut saja “Assalamualaikum Beijing” dan “ Assalamualaikum Paris”.
Meskipun film “Cinta Laki-Laki Biasa” memiliki pola yang tidak jauh berbeda
dengan pendahulunya, ada pesan moral yang didapatkan dari film ini. Yakni
perjuangan seorang lelaki mempertahakan cintanya pada wanita pujaan hatinya.
Pun tentang sebuah filosofi hidup bahwa mempunyai harta secukupnya tetapi hidup
sederhana dan bahagia lebih baik daripada harta berlimpah namun hidup tak
bahagia.
Diakhir
cerita, Rafli dengan gigih
dan sabar membuat Nania sembuh serta berhasil mengembalikan ingatan Nania
seperti semula. Ini mengingatkan kita bahwa cinta seorang lelaki biasa, mempunyai cinta yang luar biasa.
Lebih Dekat