Ilustrasi/ Paul |
Membaca
merupakan suatu cara untuk memahami sebuah arti dan makna yang ada dalam bahasa
tulisan (Bonomo: 1973). Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI)
mendefinisikan membaca sebagai kegiatan melihat serta memahami isi dari apa
yang tertulis. Berdasarkan data dari Programme
for International Student Assesment (PISA), Indonesia berada pada urutan 57
dari 65 negara perihal kegemaran membaca pada siswa. Melansir data UNESCO, dari
total 61 negara, Indonesia berada diperingkat 60 terkait budaya literasi. Ini
menunjukkan dibandingkan negara di dunia, kebiasaan membaca buku di Indonesia
masih rendah.
Hal
tersebut yang mendorong tim LPM Frekuensi melakukan mini riset
terkait budaya membaca di kalangan mahasiswa UIN Walisongo Semarang khususnya
Fakultas Sains dan Teknologi. Dari angket online yang disebar kepada mahasiswa
aktif FST didapatkan data sebagai berikut:
Dapat
dilihat dari gambar bahwa jumlah mahasiswa yang gemar membaca buku cukup baik
karena lebih dari 50%. Dari data terlihat 54% mahasiswa FST menyatakan
gemar membaca buku, 39% ragu-ragu dan 4% tidak menyukai baca buku. Namun,
intensitas membacanya belum cukup baik, hanya 34% mahasiswa yang sering membaca
buku, 64% mahasiswa masih kadang-kadang dan sisanya jarang. Kemudian waktu yang
dibutuhkan mayoritas mahasiswa FST dalam sekali membaca buku sekitar setengah
sampai dengan satu jam dengan 1-2 buku selama seminggu.
Dari
data yang diperoleh, mahasiswa FST lebih menggemari karya berjenis fiksi
daripada karya tulis non-fiksi dan ilmiah. Terlihat dari diagram bahwa
mayoritas mahasiswa lebih berminat kepada buku fiksi daripada jurnal ilmiah,
produk jurnalistik, buku non fiksi dan buku pelajaran.
Lebih
lanjut, ketika ditanya soal hambatan dalam membaca buku, 37% responden
mengatakan malas atau kurang motivasi, 28% sulit berkonsentrasi, 13% mengatakan
minimnya ketersediaan buku, 22% mengatakan lainnya.
Terkait
ketersediaan buku, responden turut berkomentar terkait perpustakaan kampus yang
notabene menjadi pusat peminjaman buku. Mereka mengatakan bahwa perpustakaan
fakultas masih belum cukup baik dikarenakan kurang lengkapnya buku-buku dan
juga tempat yang relatif sempit.
Itulah
data-data hasil survei yang dilakukan tim LPM Frekuensi. Sekiranya data ini
dapat dijadikan refleksi bersama bahwa membaca merupakan hal yang penting.
Membaca bermanfaat guna memperluas wawasan, mempertajam gagasan dan
meningkatkan kreatifitas seseorang. Budaya membaca merupakan cerminan diri, semakin banyak membaca semakin luas wawasan dan intelektualitas meningkat. Semakin maraknya
iklim ilmiah di kampus juga akan semakin mendorong dan mempercepat tercapainya
visi menjadi kampus riset terdepan. Sekian.
Lebih Dekat