Malam Puncak Tadarus Kebangsaan, Rabu (12/12) menandai berakhirnya serangkaian acara purnabakti Dema UIN Walisongo Semarang Kabinet Sinergi Karya (Foto/ Ulfia) |
SEMARANG,
KABARFREKUENSI.COM- Menutup serangkaian acara
purnabakti, Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Universitas Islam Negeri (UIN)
Walisongo Semarang kabinet Sinergi Karya menyelenggarakan Malam Puncak Tadarus
Kebangsaan, Rabu (12/12) di Auditorium II Kampus III. Acara ini mengangkat tema
“Menjadikan Indonesia Rumah dan Rahmah bagi Semesta Alam” bersama Sosiawan
Leak, Romo Alyos Budi, dan Prie GS yang dimoderatori oleh Abdullah Ibnu Thalhah.
Dalam pemaparannya, Prie GS blak-blakan mengungkapkan keresahannya
mengenai fasilitas toilet di UIN Walisongo yang tidak ramah. Pasalnya, ia
pernah merasakan menggunakan toilet di kampus I yang tidak menyediakan pengunci
pintu sehingga pintunya tidak bisa ditutup dan dirasa sangat mengganggu.
Apalagi hal tersebut ditemuinya ketika di kampus I UIN Walisongo yang sebagian besar penggunanya adalah para mahasiswa, birokrasi kampus, khususnya para tamu
yang bertandang ke UIN Walisongo.
“Saya merasa perlu adanya kurikulum toilet di UIN
Walisongo, pasalnya yang saya temui di kampus I pintu toilet tidak ada sentil (kunci). Saya sebagai pengguna
umum merasa risih ketika harus menggunakan toilet tersebut. Sampai-sampai saya
harus buang air kecil sambil menahan pintu tolet agar tidak terbuka,” tutur
Prie GS.
Menanggapi hal itu, Wakil Dekan III Fakultas Usuluddin dan
Humaniora (FUHum), Masrur yang kala itu hadir di tengah audiens ikut angkat
bicara.
“Kita memang gagal
membangun kurikulum toilet di UIN Walisongo,” ungkap Masrur dalam menanggapi
pernyataan Prie GS.
Namun dalam penegasannya Masrur menambahkan bahwa masih
adanya permasalahan terkait fasilitas maupun kebersihan di UIN Walisongo juga
tergantung kepada penggunanya.
“Kurangnya kesadaran pengguna atau mahasiswa dalam menjaga
fasilitas menjadi masalah. Hal ini bisa jadi karena latar belakang mereka yang
kebanyakan dari desa yang berbeda dalam kesediaan fasilitasnya. Sehingga mereka
terbiasa berperilaku seperti saat di desa,” tambahnya.
Kemudian ia menegaskan akan menyampaikan masalah fasilitas
kampus kepada pihak terkait.
Merasa tidak sependapat dengan Masrur yang terkesan membela
birokrasi, Sosiawan Leak juga turut memberikan tanggapan.
“Semua itu tergantung tempat atau fasilitasnya, bukan
penggunanya. Karena pengguna akan mengikuti tempatnya,” ujar Leak. (Kabar/ Ulfia)
Lebih Dekat