(Foto/ Kru Frekuensi)
Semarang, KABARFREKUENSI.COM
- Direktur Amnesty Internasional Indonesia, Usman Hamid menyampaikan orasi ilmiah
pada acara PBAK 2019 hari kedua (20/08) di lapangan utama kampus III Universitas
Islam Negeri Walisongo dengan
tajuk Membentuk Karakter
yang Berkeadilan dan Menjunjung Tinggi Nilai Kemanusiaan.
Melalui orasi tersebut, dijelaskan tentang berbagai contoh terkait toleransi
terhadap suku, ras, agama serta budaya. Misalnya menghargai tetangga yang
berbeda agama atau dengan kesetaraan perempuan dalam mengurus majlis ta'lim. "Itulah
ajaran kemanusiaan" ujar Usman Hamid.
Dalam
orasi tersebut juga dipaparkan peristiwa-peristiwa
yang menyalahi nilai-nilai kemanusiaan. Pada tanggal 17 April 2017 penegak
hukum diserang oleh dua orang bermotor atau dengan kisah Munir sebagai aktifis
HAM yang menjadi sorotan ketidakadilan Hak Asasi Manusia.
Menurut
Direktur Amnesty Internasional Indonesia peristiwa-peristiwa tersebut membuktikan
bahwa Indonesia dihadapkan pada retorika-retorika politisi yang menuding bahwa peristiwa
tersebut adalah upaya intervensi aktif dalam urusan negeri, sehingga Indonesia
membutuhkan semangat nasionalisme yang disandarkan pada semangat internasionalisme
dalam jiwa warga Indonesia, terlebih pada aktifis mahasiswa sebagai generasi
bangsa.
Semangat
nasionalisme ini merupakan wujud dari nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan
seseorang dapat diukur berdasarkan akhlak dan amal perbuatannya. "Manusia
tidak bisa dilihat baik buruk hanya karena pecinya, warna kulitnya, agamanya, etnisnya,
sukunya. Manusia dapat diukur baik buruknya berdasarkan akhlak dan amal perbuatannya.
Itulah perlakuan memanusiakan manusia dengan manusia yang lain" jelas
Usman Hamid.
Lebih
lanjut, "Soekarno mengatakan bahwa Kemanusiaan harus dibumikan dalam bumi nasionalisme
dan dihidupkan dalam bumi internasionalme. Menumbuhkan kecintaan nasionalisme dengan
berkemanusiaan yang adil dan beradab" tambah Usman Hamid dalam pertengahan
orasinya. (Kabar/ Ismi)
0 Komentar