(Gambar: google.com) |
Oleh: Nur
Dzakiyyatul Ulya (2208106057)
Seperti yang
kita ketahui bahwa lingkungan dan manusia memiliki hubungan erat dalam
membentuk ekosistem (komponen biotik dan abiotik). Keduanya memiliki hubungan
timbal balik di mana kombinasi antara kondisi fisik sumber daya alam seperti
tanah, air, udara, dan lain-lain berjalan selaras dengan berbagai hal yang
diciptakan manusia seperti pembangunan dan teknologi yang semakin maju. Contoh
kecil yang dapat diperhatikan adalah lingkungan kampus. Kampus merupakan tempat
mencari ilmu bagi mahasiswa. Untuk itu, lingkungan kampus merupakan salah satu
hal yang penting untuk diperhatikan. Berangkat dari hal itu, kebersihan kampus
merupakan tanggung jawab seluruh warga kampus, baik itu dosen maupun mahasiswa.
Pembangunan merupakan upaya untuk mengelola dan
memanfaatkan sumber daya dalam meningkatkan kualitas mutu rakyat. Pembangunan juga
merupakan kegiatan yang membawa perubahan, baik perubahan yang direncanakan
maupun tidak direncanakan. Lingkungan memiliki daya lenting yaitu kemampuan
untuk bisa kembali jika terjadi gangguan pada lingkungan lingkungan itu sendiri.
Dengan demikian, jika terjadi perubahan lingkungan karena terjadinya
pembangunan, itu artinya lingkungan sedang berusaha memperbaiki dirinya
sendiri. Namun demikian, bukan berarti manusia dapat semena-mena melakukan
pembangunan secara berlebihan dengan memikirkan bahwa lingkungan akan
menyesuaikan diri. Melakukan pembangunan harus dengan berwawasan lingkungan. Saat
pembangunan terus bertambah aksi hijau harus dilakukan agar ekosistem tetap
terjaga.
Pembahasan yang
akan diangkat dalam tulisan ini adalah berkaitan dengan pembangunan di UIN
Walisongo Semarang, lebih tepatnya yang difokuskan pada Gedung-gedung baru Kampus
3. Pembangunan di sana telah maju, namun di sisi lain pohon-pohon rindang yang
diharapkan tumbuh tidak ada.
Konsep pembangunan pampus pada Gedung-gedung baru
Kampus 3 lebih memfokuskan pada menjaga kelestarian tanaman hias. Hal tersebut
sebetulnya bukanlah suatu masalah, namun mengingat cuaca Kota Semarang yang
panas membuat mahasiswa menjadi tidak tertarik untuk keluar dari kelas untuk
menikmati keindahan kampus.
Berangkat dari permasalahan tersebut, solusi yang
dapat ditawarkan dalam tulisan ini adalah dengan diadakannya aksi hijau seperti menjadikan satu titik
menjadi pusat sejuk agar mahasiswa memiliki keinginan untuk memanfaatkan
keindahan kampus. Hal tersebut dapat direncanakan pada lahan kosong yang
terdapat di depan rektorat. Lahan kosong tersebut apabila dibayangkan menjadi
pusat sejuk di Kampus 3, mahasiswa pastinya akan sangat bersemangat dalam
belajar. Terdapat surga kecil di tengah panasnya suhu di Kampus 3. Bayangkan
saja jika lahan itu dihiasi tanaman hias seperti taman yang berada di kampus 2.
Lalu lahan tersebut juga ditanami pohon-pohon rindang, kolam ikan, air mancur,
rumah-rumah kecil beratap agar terlindungi jika hujan turun, beberapa kursi dan
meja beton yang ditempatkan secara terbuka, tempat sampah di beberapa titik
agar kebersihan tetap terjaga, serta yang terpenting adalah pembangunan kantin
agar mahasiswa lebih nyaman berada di sana.
Kampus
menjadi tempat berkumpulnya mahasiswa untuk mencari ilmu. Bagaimana cara agar
mahasiswa nyaman berada di kampus selain dari perlengkapan fasilitas kampus
adalah lingkungan. Jika lingkungan kampus sangat nyaman maka mahasiswa akan
semakin betah untuk mencari ilmu. Saat petinggi kampus sedang semangat dalam
melakukan pembangunan, alangkah baiknya jika lingkungan yang teduh tidak
dilupakan. Hal tersebut karena pada dasarnya hubungan antara manusia dan
lingkungan tidak dapat digantikan oleh pembangunan berkelanjutan.
0 Komentar