Ilustrasi: freepik.com |
Matematika, yang berasal dari Bahasa Yunani yaitu mathein atau manthenein, berarti "mempelajari," memiliki hubungan erat dengan kata Sansekerta medha atau widya yang mencerminkan kepandaian, pengetahuan, atau intelegensia. Dalam Bahasa Belanda, istilah wiskunde mengacu pada ilmu tentang belajar, yang sejalan dengan arti dari kata mathein dalam matematika (Nasution, 1982). Menurut Alwi (2002), matematika dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan untuk menyelesaikan masalah matematika. Selain itu, matematika juga dapat dilihat sebagai ilmu yang mempelajari bilangan dan ruang, hubungan, besaran, dan bentuk, serta sebagai bidang deduktif yang mempelajari struktur logis (Abdusysyakir, 2006). Berbagai definisi ini menunjukkan luasnya cakupan dan perspektif matematika, yang menganalisis dunia nyata menggunakan bahasa simbol dan pola pikir deduktif.
Sementara itu, pemikiran Islam, yang berakar dari Al-Quran dan Hadits, merupakan ide-ide yang berupaya menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia dan masyarakat. Istilah pemikiran Islam atau dalam bahasa Arab disebut al-Fikri al-Islamiy, mengacu pada konsep-konsep yang ditemukan dalam ajaran agama, seperti dakwah, jihad, dan ijtihad. Gerakan pemikiran ini tumbuh dari kontribusi tokoh-tokoh ilmuwan Islam yang memberikan kontribusi besar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, termasuk matematika, yang pada akhirnya menjadi bagian penting dalam pemikiran ilmiah global.
Dalam matematika, bahasa simbol merupakan bahasa yang digunakan didalamnya. Dalam konteks tertentu simbol memiliki arti. Simbol mewakili objek baik nyata maupun abstrak dalam matematika karena mereka melambangkan generalisasi mulai semesta. Tanda dalam matematika tidak selalu menunjukkan objek pada format spesifikasinya, namun bisa menunjukkannya pada format semikonkret, pelukisan, atau gambar.
Saat kaidah tanda terdapat minus mengikuti topik yang diwakilkan, orang bisa menanggapi objek sebanding dengan yang diberikan, bahkan jika topik terbilang bertentangan terhadap topik yang kenyataannya diwakilkan dengan tanda yang tercantum. Kontekstualisasi, perspektif, dan bahkan keterampilan pembaca memengaruhi penetapan objek pada simbol. Kedudukan imajinasi mengakibatkan disimilaritas subjek yang terkait beserta tanda dan pada akibatnya bagaimana simbol dilihat. Contoh berikut menunjukkan cara memaknai tanda:
x = 3.
Atas akibatnya, bisa menawarkan representasi dan kesamaan tentang lingkup gagasan islam, terutama pemahaman Al-Qur’an.
a). Pertama, ada kemungkinan bahwa seseorang tidak dapat membaca simbol x = 3, meskipun dia bisa melihatnya, dia tidak bisa mengejanya. Selain itu, ia tidak menyadari format-format yang ditunjukkan di tanda tertentu. Orang – orang jelas tak bisa menjelaskan tanda tertentu.
b). Kedua, jika tidak ditemukan bahwa tanda x = 3, barangkali orang bisa mengucapkannya, namun tak tahu apapun terkait faktual yang dimaksudkan dengan tanda tertentu. Ia mengerti format-format yang tercantum pada tanda tertentu. Huruf x, tanda =, dan angka 3, namun tak tahu apapun arti dari huruf x apa dan angka 3 apa. Selain itu, dia jelas tidak dapat menjelaskan makna tanda tertentu.
c). Ketiga, saat menjumpai tanda x = 3, orang mungkin bisa untuk menggucapkannya, lalu sedari melibatkan topik dengan format-format yang tertera pada tanda tertentu. Ia sedari memahami, saat prespektif dan khayalannya, maka setiap topik yang serupa pada tiga (3). Barangkali tanda apapun dengan tiga (3) atas barisan apapun belaka. Tanda “=” bisa dimaknai nilai, besaran, ataupun lainnya. Atas golongan ini, kecuali bisa memahami, orang biasanya bisa membagikan penggambarannya.
Dalam matematika, tingkat khayalan bukan sekedar terhitung dalam tiga ukuran, namun juga memiliki ukuran empat, lima, atau apalagi tak terhitung. Oleh karena itu, semakin banyak tingkat khayalan seseorang, semakin berjalan penggambaran yang mampu mereka ciptakan akan suatu representasi. Penggambaran tetap memerlukan interpretasi yang berbeda. Pemahaman tentang visualisasi pada akhirnya berkorelasi dengan pemahaman tentang simbol.
Penerjemahan QS. Al-Fajr ayat 3 akan dianalogikan dengan representatif artian tanda x = 3 menurut matematis geometris. Perhatikan ayat dibawah ini
Ayat 1-3 sebagai berikut.
وَالْفَجْرِۙ
وَلَيَالٍ عَشْرٍۙ
وَّالشَّفْعِ وَالْوَتْرِۙ
Terjemahan :
Demi waktu fajar, dan demi malam yang 10. Dan demi yang genap dan yang ganjil.
Dalam interpretasi Ibnu Katsir dan Al-Qurthubi, ada berlimpah pemahaman untuk kata "syaf'i" dan "watr". Yang pertama mengacu pada hari arafah (tanggal 9 dan 10 bulan Dzulhijjah). Yang kedua mengacu pada shalat subuh (2 rakaat) dan shalat maghrib (3 rakaat), maupun terlebih shalat wajib keutuhan. Terdapat rakaat genap dan rakaat ganjil. Yang ketiga adalah janji Allah SWT kepada makhluk dan Dia sendiri. Allah SWT adalah witr, ganjil, yaitu tunggal (1), dan manusia merupakan syaf'i ataupun berpartner. Bumi maupun angkasa, darat maupun samudra, barat maupun timur, elok maupun buruk, getir maupun adun, agung maupun cepak, dll.
Ada kemungkinan bahwa beberapa orang dapat memahami dan memaknai bagian terbilang menurut matematis geometris. Mula-mula, orang mungkin tak bisa mengucapkannya, yang spesifik tak bisa menelaahnya. Kedua, orang mungkin bisa mengucapkannya, namun mereka tak memahami makna istilah dalam bahasa tertentu. Selain itu, insan ini tak bisa menelaahnya. Ketiga, orang bisa mengucapkannya serta memahami makna-makna yang digunakan. Makna syaf’i serta watr mulai dikaitkan beserta hal-hal spesifik. Barangkali dihubungkan melalui hal-hal faktual ibarat angka, tanggal, dan beberapa raka'at, ataupun malahan hal-hal absurd, seperti dalam tafsir sebelumnya.
Matematika adalah ilmu yang berfokus pada kuantitas dan deduktif. Matematika adalah bidang yang menyelidiki dan menjelaskan struktur-struktur logis. Simbol dalam matematika adalah representasi abstrak dari dunia nyata. Oleh karena itu, simbol mewakili baik objek nyata maupun abstrak. Simbol tidak selalu menunjukkan objek dalam format aktualnya, namun bisa menunjukkannya dalam format sedikit konkret, penggambaran, atau gambar. Karena itu, kita dapat memahami secara geometris dan matematis dari simbol x = 3.
Penulis: Alisa Ika (Kontributor)
0 Komentar