Ilustrasi : istockphoto.com

Transformasi digital telah mengubah berbagai aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, pendidikan, hingga sosial. Perubahan ini membuka peluang besar bagi perempuan Indonesia untuk memperkuat posisi mereka di masyarakat. Dengan teknologi, perempuan dapat mengembangkan bisnis daring, mengakses pasar global, mendapatkan keterampilan baru, dan bahkan menciptakan jaringan profesional yang lebih luas.  

Namun, di balik peluang tersebut, ada berbagai tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah kesenjangan akses terhadap teknologi. Di banyak daerah pedesaan, perempuan masih kesulitan mendapatkan perangkat digital dan koneksi internet yang memadai. Hal ini semakin memperkuat ketimpangan digital yang sudah ada. Selain itu, literasi digital yang rendah juga menjadi hambatan. Tidak hanya soal kemampuan menggunakan perangkat, literasi digital mencakup pemahaman tentang keamanan digital, etika penggunaan internet, dan kemampuan mengevaluasi informasi secara kritis.  

Norma sosial juga memainkan peran penting dalam membatasi partisipasi perempuan. Di beberapa komunitas, perempuan sering kali dihadapkan pada stereotip gender yang membatasi peran mereka di sektor teknologi. Stereotip ini bisa membuat perempuan ragu untuk berkarir atau berwirausaha di dunia digital.  

Namun, berbagai inisiatif mulai hadir untuk mengatasi tantangan ini. Program pelatihan literasi digital seperti Bunda Cerdas Cakap Digital membantu perempuan mempelajari keterampilan yang relevan dengan dunia digital. Selain itu, platform e-commerce dan media sosial memberikan peluang bagi perempuan pengusaha untuk menjangkau pasar yang lebih luas tanpa perlu biaya operasional tinggi.  

Fleksibilitas dunia kerja yang didukung teknologi juga menjadi keuntungan tersendiri bagi perempuan. Dengan adanya pekerjaan jarak jauh, perempuan dapat mengatur waktu antara pekerjaan dan tanggung jawab rumah tangga. Ini memungkinkan mereka tetap produktif tanpa harus meninggalkan rumah.  

Untuk memastikan transformasi digital ini benar-benar inklusif, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Pemerintah perlu menyediakan infrastruktur digital yang merata, khususnya di daerah terpencil. Sementara itu, sektor swasta dapat mendukung dengan menyediakan pelatihan teknologi yang mudah diakses.  

Kesadaran masyarakat juga penting untuk mendukung perempuan dalam memanfaatkan teknologi. Dukungan dari keluarga dan komunitas dapat memberikan dorongan moral yang signifikan bagi perempuan untuk mengeksplorasi potensi mereka di dunia digital. Dengan pendekatan yang holistik, transformasi digital dapat menjadi alat pemberdayaan yang efektif bagi perempuan Indonesia, sekaligus memperkuat peran mereka dalam membangun ekonomi dan masyarakat yang inklusif.  


Penulis : Eka Nurwinda (Kru Magang LPM Frekuensi)

Editor : Rifaatus