Sumber Dokumentasi : Kontributor 

Semarang, KABARFREKUENSI.COM-Kecelakaan yang sering terjadi di Tanjakan Silayur, Ngaliyan, Semarang, kembali menjadi sorotan. Salah satunya, insiden terbaru yang melibatkan minibus L300 berisi belasan anak TK dan sebuah truk, pada Rabu (26/2). Mahasiswa mendesak Wali Kota Semarang untuk segera bertindak tegas agar masalah kecelakaan di Tanjakan Silayur bisa segera diselesaikan. 

Beberapa mahasiswa dari berbagai fakultas UIN Walisongo Semarang menggelar aksi unjuk rasa di depan Kampus 3 UIN Walisongo (3/3). Aksi ini bertemakan "Hentikan Pembiaran, Tegakkan Perda: Saatnya Bersuara, Tuntaskan Permasalahan Lalu Lintas."  Namun, pada aksi tersebut Wali Kota Semarang tidak hadir dan diwakilkan oleh Dinas Perhubungan (Dishub), yang menyampaikan bahwa masalah kecelakaan di Tanjakan Silayur telah diserahkan langsung oleh Wali Kota kepada Dishub untuk ditindaklanjuti. “Kami sudah menerima instruksi langsung dari Wali Kota untuk mencari solusi terbaik bagi keselamatan lalu lintas di kawasan Tanjakan Silayur,” ujar perwakilan Dishub.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, perwakilan Dishub menyatakan bahwa Dishub sendiri lebih berfokus pada tugas dan kewenangan yang dimiliki. “Kami fokus pada fungsi kami sebagai Dinas Perhubungan yang mengatur keselamatan lalu lintas. Masalah lainnya, seperti kondisi jalan dan infrastruktur yang lebih terkait dengan Pekerjaan Umum (PU), memang bukan menjadi kewenangan kami,” jelas perwakilan Dishub. Kewenangan tersebut tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Muhammad Alfian Azizi, Ketua PMII Komisariat UIN Walisongo, menjelaskan bahwa meskipun Dishub hadir untuk memberikan penjelasan, mahasiswa merasa belum puas dengan respons yang diberikan. “Yah, aslinya kita juga sedikit kecewa karena bukan itu yang kami harapkan. Kami ingin melihat langkah nyata, bukan hanya penjelasan yang terbatas,” jelas Alfian. Alfian juga menambahkan bahwa mahasiswa menginginkan tindakan tegas yang lebih konkret dari pihak terkait.

Namun, mahasiswa tetap menuntut agar langkah-langkah yang diambil tidak hanya bersifat sementara. “Kami ingin melihat perubahan yang nyata. Penegakan hukum yang tegas, perbaikan infrastruktur, dan koordinasi antar instansi harus menjadi langkah bersama untuk mengurangi kecelakaan di Tanjakan Silayur,” tutup Alfian. Dengan aksi ini, mahasiswa UIN Walisongo Semarang berharap agar pihak berwenang segera merespons dengan tindakan nyata, dan tidak hanya berhenti pada pernyataan atau janji-janji tanpa hasil.


Penulis : Isra Auliah dan Nency Hardiyanti ( Kru LPM Frekuensi 24 )

Editor : Dian Nur Hanifah